Alap-alapan Candrarini
Karya Ki Sukron Suwondo dari Blitar
Balungan lakon adalah berupa susunan peradegan dalam
pertunjukan wayang kulit semalam, yang di bagi ke dalam 3 pathet, yaitu pathet
nem, sanga dan manyura. Sesuai dengan namanya, balungan, yang artinya hanya gambaran
secara umum, adapun dalam tradisi tulis di dunia pedalangan, sistem penulisanya
adalah per adegan. Adapun fungsi balungan lakon ini adalah sebagai pembantu
pengingat seorang dalang. Balungan lakon bisa dianggap sebagai buku catatan
bagi seorang dalang, catatan tentang sebuah lakon. Mengingat panjangnya durasi
pertunjukan. Seperti yang telah dilakukan oleh Ki Syukron Suwondo juga memiliki
banyak catatan-catatan tentang cerita wayang yang dia susun sesuai dengan
seleranya dan kemampuanya.
Jagad Jawa sebelumnya sudah meminta ijin untuk menulis
balungan lakon ini ke blog ini. Tentunya ucapan terima kasih kepada Mas Yoyok (Ki Cahyo Kuntadi) yang telah memberikan ijin, meskipun hanya lewat BBM. Terimakasih juga kepada Mas Sigid Ariyanto yang meminjamkan buku koleksinya ini, sehingga Jagad Jawa bisa menerbitkan. Tentu saja sebagai sajian Blog, edisi balungan lakon ini akan diterbitkan secara lakon demi lakon, dan bertahap. Untuk itu
simak terus Jagad Jawa, supaya dapat balungan lakon yang di tulis oleh Ki
Syukron Suwondo.
Untuk tahap awal ini Jagad Jawa akan membocorkan balungan
lakon Ki Syukron Suwondo yang berjudul Alap-alapan Candrarini. Lakon ini sangat
terkenal, dan sering kali dipertunjukkan oleh Ki Syukron Suwondo. Lakon ini
pernah tenar juga, karena isian cerita yang penuh humor, penuh dilematis, dan
penuh cerita yang sifatnya masih kerakyatan.
Perjalanan
cinta tak semulus orang bercerita, penuh liku, penuh dilema, penuh cerita dan
penuh misteri. Begitu juga perlanan cinta anak Anoman si Purwaganti. Perjalanan
ini di ramu dalam sebuah pertunjukan wayang semalam, yang di ramu langsung oleh
Ki Sukron Suwondo. Adapun balungan lakonya adalah sebagai berikut.
Adegan 1
Tempat :
Negara Cempaka Mulya
Tokoh
wayang :
Prabu Candrasekar, Patih
Baskara, Raden Candra Kusuma dan Candrarini.
Dialog : Prabu
Candrasekar mendapatkan surat dari Prabu Dewadenta, seorang raja yang berasal
dari kerajaan Pasir Gumelar. Intinya surat adalah melamar anaknya yang bernama
Candrarini untuk dijadikan permaisuri.
Dayohan : Datangnya
Narada berniat memboyong Candrarini untuk dijadikan bidadari dan melengkapi
jumlah bidadari di kahyangan. Candrarini mau dan atas ijin Candrasekar,
Candrarini berangkat bersama Narada ke Kahyangan.
Seperginya
Candrarini, Prabu Dewadenta datang dan menanyakan jawaban dari surat lamaranya.
Prabu Candrasekar bilang kalau Candrarini dibawa oleh Batara Narada ke
kahyangan. Dewadenta mengamuk dan perang melawan Patih Baskara. Patih Baskara
kalah, Dewadenta dan prajuritnya mengejar Candrarini ke Kahyangan.
Adegan
2
Tempat : Kahyangan
Suralaya
Tokoh : Batara Guru, Batara Narada dan Batara Indra.
Dialog : Narada menyerahkan Candrarini kepada Batara Guru untuk
ditindaklanjuti menjadi jangkeping para bidadari. Datangnya Batara Bromo
mengabarkan kalau kahyangan dirusak oleh Prabu Dewadenta. Para Dewa disuruh
untuk menghadang dan menghajar Prabu Dewadenta. Para Dewa berangkat, Batara
Guru diikuti oleh Candrarini menemui Yamadipati, lalu Batara Guru menitipkan
Candrarini di tempat Yamadipati yaitu di kahyangan Sela Matangkep, karena
Batara Guru jatuh cinta pada Candrarini.
Adegan
3 (Perang)
Perangnya
para dewa melawan Prabu Dewadenta dan kawan-kawanya. Para Dewa kalah perang.
Batara Guru mendapatkan wangsit bahwa yang bisa mengalahkan Prabu Dewadenta
adalah anak Anoman yang lahir laki-laki. Batara Narada disuruh turun ke bumi
menemui Anoman di Kendhalisada untuk mencari informasi kebenaran wangsit.
Batara
Panyarikan mengetahui hal tersebut, dan mengkhawatirkan keselamatan anak
Anoman, maka tanpa disuruh, Batara Panyarikan mendahului pergi ke Kendhalisada,
bertemu dengan Sayempraba dan menasehati supaya menyembunyikan anaknya di
Gedong Panepen.
Sementara
itu Batara Asmara dengan Aji Asmaranggamanya meletakkan gambar (foto) Candrarini
di dalam Gedong Panepen.
Adegan 4
Tempat : Kendhalisada
Wayang
: Anoman,
Sayempraba, Purwaganti dan para Punakawan (Semar, Gareng, Petruk, Bagong)
Dialog : Purwaganti
supaya sembunyi di Gedong Panepen. Segera berangkat diikuti oleh para
Punakawan. Datang Narada menanyakan apakah Anoman punya anak laki-laki. Anoman
menjawab tidak punya bahkan sampai dia sumpah. Narada kembali ke kahyangan
tanpa hasil, alias wangsit yang diterima Batara Guru bohong.
Adegan
5
Tempat : Gedhong
Panepen
Wayang : Purwoganti
dan Punakawan
Dialog : Dalam
persembunyiaanya di Gedhong Panepen ini, Purwaganti menemukan gambar seorang
gadis cantik. Semar memberitahukan kalau itu Candrarini dan berada di
kahyangan. Karena terangsang oleh rasa sengsem akhirnya Purwaganti lupa kalau
harus sembunyi dan berangkat ke kahyangan mencari Candrarini. Para Punakawan
bingung dan tak bisa membendung, akhirnya lapor kepada Anoman. Repat Punakawan
akhirnya juga merasa bersalah dan menyusul ke kahyangan mengejar Purwaganti.
Adegan
6 (Perang)
Perangnya
Purwoganti dengan penjaga pintu kahyangan, yaitu Cingkarabala dan Balaupata.
Adegan
7
Tempat : Kahyangan
Sela Manumpeng
Wayang : Yamadipati
dan Candrarini
Dialog : Yamadipati
membocorkan kepada Candrarini, bahwa Batara Guru naksir dan inginkan menikahi
Candrarini. Di luar dugaan, karena cerita itu Candrarini jatuh cinta pada
Yamadipati. Cadrarini di suruh istirahat.
Adegan
lanjutan di belakang tempat Candrarini istirahat, kedatangan Purwaganti dan
Punakawan. Obrol-punya obrol Candrarinipun mau diboyong oleh Purwaganti.
Yamadipati mengetahui hal tersebut, dan menghadang Purwaganti, terjadilah peperangan.
Yamadipati kalah kemudian pergi menemui Narada. Terbukalah rahasia bahwa Anoman
berbohong, kemudian Narada berinisiatif pergi ke Kendhalisada untuk menagih
janji Anoman.
Adegan
candhakan, Narada menemui anoman dan menagih janji Anoman. Anoman berangkat
mencari Purwaganti.
Adegan
candhakan, Purwaganti baru memadu kasih dengan Candrarini. Datangnya Anoman dan
membunuh Purwaganti. Melihat hal tersebut Candrarini ikut bunuh diri. Anoman
menyesal dan pulang.
Anoman
menemui Sayempraba dan memarahi istrinya dan menganggap istrinya yang paling
bersalah. Datang Batara Asmara dan menceritakan hal ihwal bagaimana Purwaganti
sampai ke kahyangan, Batara Asmara dan Anoman mencari mayat Purwaganti dan
Candrarini. Datang Kresna untuk menghidupkan kembali si Purwaganti dan
Candrarini.
Adegan
Srambahan, Betara Guru merasa kehilangan wanita cantik, akhirnya menyuruh
Arjuna untuk merebut kembali Candrarini. Berangkat mencari Purwaganti. Ketemu
dengan rombongan Kresna dan Purwaganti. Kresna mengadakan sayembara siapa yang
bisa membunuh Prabu Dewadenta dialah yang akan dinikahkan dengan Candrarini.
Arjuna dan Purwaganti berangkat.
Arjuna
perang melawan Dewadenta, Arjuna kalah. Purwaganti
menemui ayahnya untuk minta restu, Anoman manjing ke tubuh Purwaganti, maju
perang melawan Dewadenta dan akhirnya bisa membunuh Prabu Dewadenta. Prang
amuk-amukan di kembalikan oleh Anoman. Selesai.
0 komentar:
Posting Komentar