Ronggowarsito
adalah spiritualis indonesia yang sangat ternama karena ramalannya banyak yang
sudah terbukti. Dipaparkan ada tujuh satrio piningit yang akan muncul sebagai
tokoh yang dikemudian hari akan memerintah atau memimpin wilayah seluas wilayah
“bekas” kerajaan Majapahit (Negara Indonesia), yaitu: Satrio Kinunjoro Murwa Kuncara,
Satria Mukti Wibawa Kesandung Kesampar, Satrio Jinumput Sumela Atur, Satrio
Lelono Topo Ngrame, Satrio Piningit Hamong Tuwuh, Satrio Boyong Pambukaning
Gapuro, Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu.Berkenaan dengan itu, banyak kalangan
yang kemudian mencoba menafsirkan ke-tujuh Satrio Piningit itu adalah sebagai
berikut :
Satriyo
Kinunjoro Murwo Kuncara diperkirakan adalah PRESIDEN SOEKARNO. Sedangkan Satrio
Mukti Wibowo Kesandhung Kesampar diperkirakan adalah presiden SOEHARTO. Satrio
Jinumput Sumelo Atur yaitu BJ HABIEBIE. Untuk Satrio Lelono Topo Ngrame yaitu
Abdurrohman Wahid. Sedangkan untuk Satrio Piningit Hamong Tuwuh yaitu Ibu
MEGAWATI dan presiden sekrang SBY diperkirakan merupakan Satria Boyong
Pambukaning Gapura. Lalu siapa Satrio Pinandhita Sinisihan Wahyu? Itu masih
teka-teki bersama. Namun demikian saya berusaha membahas sedikit berkenaan
dengan hal tersebut.
Banyak yang mengartikan demikian:
SATRIO
PINANDITO SINISIHAN WAHYU. Tokoh
pemimpin yang amat sangat Religius sampai-sampai digambarkan bagaikan seorang
Resi Begawan (Pinandito) dan akan senantiasa bertindak atas dasar
hukum/petunjuk Allah SWT (Sinisihan Wahyu). Dengan selalu bersandar hanya
kepada Allah SWT, Insya Allah, bangsa ini akan mencapai zaman keemasan yang
sejati.
Kembali
kepada diri kalau saya mengartikan. Baik itu diri secara universal (negara)
maupun diri dalam pengertian lingkup kecil (diri sendiri). Siapa sih sebenarnya
satria itu? Satria adalah orang yang selalu berpikir demi kebersamaan, sikap
sosialnya tinggi, jiwa pluralnya juga tinggi. Contoh Arjuna dalam wayang,
apakah dia membedakan siapa lawan dan siapa kawan? Karena ternyata lawannya
adalah saudaranya sendiri. Arjunapun bilang tak sanggup melawan dan membunuh
Kurawa (BAGAWAT GITA), itu simbol jiwa sosialnya, nurani kemanusiaan yang
tinggi. Arjuna juga bersahabat dengan hamba sahaya (PUNAKAWAN), apakah mereka
diperlakukan berbeda? TIDAK sama sekali, cenderung punakawan digunakan sebagai
penasehat nurani dan jiwa.
Pandhita
juga orang yang mumpuni dalam hubungan horisontal dan vertikal. Dalam segala
kebijakan dibutuhkan nurani, bukan karena kekuasaan ataupun uang. Aku jadi
teringat film tentang hukum dari Amerika, dimana ada seorang pengacara yang
bisa menyelamatkan orang kulit hitam Afrika yang telah menembak mati orang
Amerika. Padahal itu seharusnya hukuman mati, kenapa bisa bebas? karena memang
orang Afrika itu tidak salah meskipun membunuh, tetapi demi sebuah nasib, yaitu
NURANI, atau hak asasi, hak yang paling mendasar bagi manusia. Pandita bukan
saja ahli dalam agama, melainkan ahli dalam menempatkan diri baik itu disegala
ruang dan waktu. Bisa membedakan mana kerjaan dan mana keluarga. Tidak pandang
bulu dan tidak memihak hanya lantaran ada kolusi atau nipotis.
Sinisihan
Wahyu artinya, dia berdasarkan atau bersama sebuah kebenaran. Apa itu
kebenaran? Kebenaran yang memperjuangkan hak manusia secara utuh. Apa saja
kebutuhan manusia dalam bernegara? Jelas kesamaan perilaku dan persamaan hukum.
Tidak ada nipotis, kolusi, koalisi atau istilah apapun yang memungkinkan
berpihak pada sebuah golongan atau komunitas. Pada dasarnya manusia itu FREE
alias bebas, tidak ada ikatan. Itu yang perlu digaris bawahi. Demi keberlangsungan
bersama maka free tersebut dibatasi oleh sebuah aturan kenegaraan yang
seharusnya masih berpijak pada asasi manusia ini. Sehingga kebijakan hukum
tidak berpihak tetapi memang selaras dengan kebersamaan. Interaksi bukan
berarti koalisi atau kolusi, tetapi itu syarat untuk menjalin sebuah
keselarasan dan keseimbangan alam.
Satriya
Piningit Di Mata Saya
Saya
beranggapan bahwa di tiap manusia adalah kholifah atau utusan atau apa sajalah
yang mau mengartikan. Berarti tiada berbeda antara manusia yang satu dengan
manusia yang lainnya. Andaikan aku ganti kata kholifah menjadi seorang satriya,
berarti kita semua adalah seorang satriya. Satriya yang selama ini kita
nanti-nanti, atau lebih umumnya dinantikan oleh banyak orang, atau lebih
khususnya dinantikan oleh golongan tertentu. Menurut saya sama saja, toh semua
itu adalah sebuah cita-cita, harapan, ilusi dan perlu sebuah instrument untuk
mengaplikasikannya.
Kenapa
harus piningit? Kan kita bisa melihat realitas kita sendiri? Melihat diri kita
sendiri, melihat aktifitas kita sendiri? Siapa bilang? Mayoritas dari kita
telah terkontaminasi dan ikut arus, serta gelombang, dan akhirnya oleh arus
tersebut dicoba untuk dimasukkan dalam sebuah lautan yang sama. Intinya kita
sekarang ini seperti domba-domba, seperti piaraan, seperti sebuah rombongan
yang dikuasai oleh oknum-oknum tertentu yang mencoba membuat kita terbuai dan
terlena sehingga kita mabuk kepayang dan tak sadarkan diri. Makanya oleh
Ranggawarsita di istilahkan dengan kata “Piningit”, artinya disembunyikan.
Jiwa-jiwa kita, realitas kesadaran kitalah yang di sembunyikan oleh arus
gelombang yang dicipta oleh segelintir kita. Bahkan opini-opini kita juga
terbawa arus kesana, dan kita harus berjuang mati-matian atau bahkan sampai
mati tidak sadarkan diri bahwa kita telah terbawa arus.
Pertanyaan
yang paling mendasar adalah, siapa yang lebih bertanggungjawab atas tiap diri
kita sendiri? Orang tua kitakah? Penjual Koran? Sopir Angkot? Seorang masinis? Atau
pilot sekalipun? Bukankah rasa ketakutan juga kita mempercayakan nyawa kepada
seorang pilotpun, buktinya masih ada yang ngikut jasa raharja. Artinya nasib
kita, hidup kita, kaya kita, miskin kita, berhasil kita, terjerumus kita dan
lain sebagainya adalah tanggungjawab kita sendiri. Bukan pada orang lain,
bahkan orang tua kita sendiripun.
Lalu
apa yang harus kita perbuat? Pertanyaan ini sifatnya sangat individual sekali,
mendalam bagi tiap-tiap individu, tentu saja jawabanya berbeda-beda, mengingat
latar belakang budaya berbeda, jumlah penghasilan berbeda, mata pencaharian
berbeda, cara berfikir berbeda, dan banyak hal lainnya. Namun demikian tetap
saja ada yang sama dalam hal kwajiban, kalau menurut saya sendiri sih kita
sesama manusia wajib saling membantu, menolong, membuat orang lain bahagia
bersama kita, tidak merasa terancam, tidak merasa takut, membuatnya tertawa, membuatnya
mesra. Iya jalinan yang mesra inilah suatu kunci dalam berhubungan. Sebagaimana
semut yang bekerja giat namun dalam bekerjanya selalu bersapa, jarang ada semut
ketemu temannya sebangsa semut yang satu ras kok belok jalan.
Untuk
mewujudkan semua itu perlu adanya sebuah perjuangan. Perjuangan untuk siapa? Ya
untuk masing-masing individu dengan kapasitasnya yang berbeda-beda, tidak bisa digebyah
uyah atau disamakan. Berjuang memperjuangkan keselarasan, keserasian. Dan yang
terakhir Ranggawarsita bilang tentang kembali ke Wahyu artinya memahami kembali
sirkulasi kehidupan, keseluruhan semesta. Bukannya Wahyu itu turun untuk memayu
hayuning buwana, buwana alit dan buwana besar, bukan buwana penjual sayur.
Tanpa
kita semua berharap semua tidak akan pernah kesampaian. Semua hanya akan jadi
impian dan ilusi. Satria piningit adalah jiwa kita, nurani kita, roh kita, jiwa
kita semua, tiap individu. JIka ditarik dalam kawasan yang lebih luas adalah
kembali ke dasar negara kita PANCASILA. Jika itu memang pegangan bersama dan
diimani bersama. Iman artinya, mengucap, membenarkan dan merealisasikan.
Kebangkitan satria ini tidak usah dinanti, ayo kita mulai dari diri sendiri,
dan lingkungan. Berbenah dan berbenah.
Gambar ilustrasi di ambil dari Google dengan kata kunci Satria Piningit.
Tulisan ini pernah saya tulis di blog saya pada tahun 2012, dan saya edit ulang di blog ini.
Lahir bumi 7 Kali dan matahari sekarang adalah matahari yang ke 8, sekarang masuk jaman yang ke 4 belum sampai itu notonogoro
BalasHapus(soekarNO soeharTO yudoyoNO gorogoro) ke satria sinisihan wahyu, era sekarang adalah bangkitnya satria satria jawa dari wejangan yang saya dapat (zaman akhir kalian satrio pinandito sampun metu,saiki rupo menungso nanging nduwe cahyo peradilan lan cahyo panguripan sing tumpakane garudo amukti Sakti, yo ora Sakti nanging kui pangilone kabehane menungso) iki lagi wae mbukak dodo dodone satrio jowo yen ajarane durung ono kabare aku krungu saiki.. yen julukan garudo iku kanggo wong seng berani mengadili dirinya sendiri utowo jembarke dodo (garudo iku udu manuk garudo kuwi = nyigar jeru dodo) aku wani tanggung jawab karo komenku iki.
Satria piningit ini juga bukan seperti pahlawan seperti angan angan pemimpin yang digambarkan.. satria piningit itu ya ada sosok pemimpinnya ya Kita Kita ini juga bisa jadi satria piningit itu adalah suatu ajaran ratu adil pokoknya sangat bertolak belakang dengan cerita sosok pemimpin karna bukan seperti itu sebenarnya bisa dijelaskan kriting aku ngetike kang.
BalasHapusKangmas Jagad Sampurno, rahayu, matur nuwun sampun kersa sambang, nambah wawasan lan nambah kawruh.
Hapus