Pencipta Nama Hari Jawa (Versi Wayang)



Setelah mengetahui asal-usul nama hari di Jawa (baca: Nama Hari di Jawa) yang ternyata adalah nama-nama Planet. Mari kita telusuri siapa pencetus nama-nama hari  tersebut. Tentu ada yang kasih nama kan, beberapa sumber yang Jagad Jawa baca, memang belum ada sejarah yang pasti, namun ada beberapa cerita gotek atau tradisi lesan yang berkembang dan diyakini hingga sekarang. Soal kebenaranya tentu masih dipertanyakan. Namun yang jelas jangan diperdebatkan panjang lebar ya, nanti kita lengah dan hanya udur saja ga bisa ngliwet, dan kendhilnya jadi nggoling.

Cerita yang Jagad Jawa share ini berdasarkan sumber tertulis yaitu sebuah buku yang berjudul Pustaka Raja Purwa karangan Ranggawarsita. Pustaka Raja Purwa ini merupakan salah satu buku pedoman bagi para dalang, atau sumber cerita bagi para pelaku seni pedalangan. Jadi kalau ingin lebih tahu tentang cerita awal mula nama hari ya tinggal nanggap wayang saja, minta ceritanya Prabu Palindriya sampai kembalinya Resi  Radi.
 
Jadi begini, nama-nama yang ada dalam hari di Jawa itu berhubungan erat dengan seorang Resi atau seorang Begawan yang bernama Begawan Radi. Awalnya kisah sebelum adanya hari yang jumlah tujuh itu, terlebih dahulu ada nama hari-hari yang berjumlah 5. Untuk siklus hari-hari ini silahkan berkunjung ke tulisan Jagad Jawa sebelumnya yang berjudul Siklus Hari Orang Jawa. Suatu hari Empu Sengkala telah menciptakan hari yang lima yang terdiri atas, Sri, Kala, Brahma, Wisnu, Guru. Nama-nama itu kemudian kita kenal dengan nama Legi, Pahing, Pon Wage dan Kliwon, ini berkat jasanya Begawan Radi. 

Pencipta Nama Hari Jawa
 
Setelah kematian Prabu Palindriya, Prabu Watugunung yang merupakan anak dari Prabu Palindriya merasa sangat berduka. Kemudian Watugunung pergi ke Medang Kamulan untuk memimpin pemakaman ayahnya. Setelah Prabu Watugunung pulang ke Kerajaan Gilingwesi, ada seorang pendeta bernama Resi Satmata yang meminta tahta Kerajaan Medang Kamulan untuk didudukinya. Tentu saja Raden Wukir dan para adik Prabu Watugunung menolak dan merekapun bersatu melawan pendeta tersebut. Walkisah Resi Satmata berhasil mengalahkan keturunan Prabu Palindriya ini, Medang Kamulan dikuasai oleh Resi Satmata, Raden Wukir dan saudara lainya melarikan diri ke Gilingwesi. Sesampainya di sana Raden Wukir diangkat menjadi patih oleh Prabu Watugunung bergelar Patih Suwelacala.

Sementara itu Resi Radi dari Padepokan Andongdadapan berniat menciptakan nama-nama hari yang baru berdasarkan nama-nama keluarga Prabu Palindriya. Adapun rangkainya adalah sebagai berikut:
  • Radite, diambil dari nama Raden Raditya, yaitu putra Prabu Palindriya dengan Dewi Sinta (Dewi Basundari). Raden Raditya merupakan nama lain dari Prabu Watugunung ketika beliau belum menjabat menjadi seorang Raja.
  • Soma, diambil dari nama Dewi Soma yang merupakan istri pertama Prabu Palindriya.
  • Anggara, diambil dari nama Raden Anggara. Dia adalah putra sulung Prabu Palindriya dengan Dewi Soma.
  • Buda, juga diambil dari nama putra Prabu Palindriya yang bernama Raden Buda. Buda ini merupakan adik dari Anggara, jadi masih saudara sekandung, yaitu hasil pernikahan Prabu Palindriya dengan Dewi Soma.
  • Respati, diambil dari nama Raden Respati, yaitu nama kecil dari Prabu Palindriya.
  • Sukra, diambil dari nama Raden Sukra, yaitu putra ketiga dari Prabu Palindriya dengan Dewi Soma.
  • Saniscara, diambil dari nama anak perselingkuhan Dewi Soma dengan anaknya sendiri Raden Raditya yang sudah menjadi Raja bernama Prabu Watugunung.
Setelah susunan nama hari itu jadi, akhirnya nama tersebut dipersembahkan Begawan Radi untuk junjungannya Prabu Watugunung, dan dilengkapi cara memakai dan mengaplikasikanya dengan hari lima atau pasaran. Misalnya, jika hari ini adalah hari Radite Legi, maka besok adalah Soma Pahing, dan lusa adalah Anggara Pon. Dengan demikian, setelah tiga puluh lima hari berlalu (selapan), maka akan kembali lagi menjadi Radite Legi.

Setelah mempersembahkan hasil pemikirannya itu, Begawan Radi yang merupakan guru dari Prabu Watugunung, minta diri untuk meninggalkan Pulau Jawa. Sang Begawan juga mengungkapkan jati dirinya, bahwa beliau sesungguhnya adalah penjelmaan Batara Surya yang turun untuk mengajarkan penanggalan kepada masyarakat. 

Gambar diambil dari Google dengan kata kunci: Prabu Palindriya. Baca juga tulisan lainya yang berkaitan dengan tulisan ini:

Share:

1 komentar:

  1. Nilai hari dan pasaran asalnya dari mana...misal pon 7 ...7 itu dari mana

    BalasHapus

Yuk Gabung

Total Pengunjung

Penunjung